Biografi dan Pemikiran George Simmel.
George Simmel adalah seorang filsuf Jerman, dan salah seorang pionir yang menjadikan sosiologi sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri.
Ia lahir pada tahun 1858, dan meninggal pada tahun 1918.
Simmel lahir di Berlin dan belajar di sana juga.
Ia memasuki Universitas Berlin pada tahun 1876.
Ia mempelajari psikologi, sejarah, filsafat, dan bahasa Italia.
Kemudian ia juga bekerja sebagai dosen di beberapa universitas.
Dalam karier akademisnya sebagai dosen, Simmel sering dikritik karena tema-tema pemikirannya yang tidak sesuai dengan gaya yang lazim.
Selain itu, gaya menulis Simmel juga dipandang tidak sesuai dengan standar yang ada.
Tulisan-tulisan Simmel amat beragam. mulai dari etika, filsafat, sejarah, pendidikan, agama, dan sosiologi.
Ia juga menulis banyak esay tentang seniman, penyair, macam-macam kota, cinta, petualangan, rasa malu, dan topik-topik sosial.
Simmel adalah seorang penulis prolifik yang telah menghasilkan banyak karya.
ia telah menulis lebih dari 200 artikel, dan 20 buku yang ditulis dengan beragam tema.
karyanya yang paling monumental adalah the metropolis and mental life, dan the philosophy of money.
Simmel sangat terkenal dikalangan akademisi Jerman, baik lokal maupun internasional, khususnya di Amerika Serikat.
Karya-karyanya yang terkenal tidak serta merta menjadi hal yang dapat diterima orang dengan mudah,
karena ia terhalang suatu hal yang berawal dari latar belakangnya.
kala itu keadaan antisemitisme menjadikan dirinya terkucilkan.
Antisemitisme adalah suatu sikap permusuhan, atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk penganiayaan dan penyiksaan.
Fenomena yang paling terkenal akan anti-semitisme adalah ideologi Nazisme dari Adolf Hitler, yang menyebabkan permusuhan terhadap kaum Yahudi di Eropa.
Pada tahun 1900, Simmel memperoleh pengakuan penuh di Universitas Berlin.
Terlepas dari karir akademisnya yang stagnan akibat sentimen anti-yahudi di Jerman pada masa tersebut,
Simmel merupakan dosen yang sangat populer di kalangan komunitas terpelajar Berlin,
sekaligus figur sentral dalam perkembangan sosiologi di Jerman.
Seperti kebanyakan sosiolog Jerman, Simmel adalah sosiolog penganut mazhab formal.
Bersama Weber, simmel mendirikan masyarakat sosiologi Jerman.
Jika Karl Marx dan Max Weber mengurusi masalah sosiologi makro,
Simmel justru fokus pada sosiologi mikro yang berkaitan dengan tindakan dan interaksi individual.
Karya-karya Simmel memiliki dampak yang signifikan bagi perkembangan sosiologi, khususnya sosiologi di Amerika Serikat.
Dibandingkan pemikiran Durkheim, Marx, dan Weber, pemikiran Simmel jauh lebih dikenal oleh sosiolog Amerika di awal abad ke-20.
Pemikirannya yang unik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, membuat Simmel kerap disebut sebagai pemikir post-moderen, yang hidup di era moderen.
Adapun pokok pemikiran sosiologis Simmel, membahas tentang Konsep sosiologi, Kesadaran individu, Realitas sosial, Interaksi sosial,
Pengaruh jumlah pada bentuk sosial, Kreatifitas individu versus bentuk budaya yang mapan, serta tentang Uang dan nilai.
Simmel menyatakan obyek sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia.
Menurut Simmel, seseorang menjadi warga masyarakat tentu mengalami proses individualisasi dan sosialisasi.
Tanpa menjadi warga masyarakat, tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok.
Masyarakat itu ada ketika individu mengadakan interaksi dengan individu-individu lainnya.
Dari interaksi social tersebut, muncullah tipe-tipe kelompok sosial yang dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau ukuran.
Dalam analisanya mengenai kelompok-kelompok sosial, ia mulai dengan bentuk terkecil, yang terdiri dari satu orang yang dinamakan monad.
Kemudian monad dikembangkan dengan meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua orang atau dyad,
tiga orang atau triad, dan kelompok-kelompok kecil lainnya.
Menurut Simmel, dyad memiliki dua karakteristik utama: yaitu pola interaksi yang rutin, dan keintiman antara kedua anggotanya.
Hadirnya orang ketiga dalam sebuah dyad akan mengubah dyad menjadi triad.
Simmel menyatakan bahwa orang ketiga dalam triad dapat berperan sebagai mediator,
atau orang yang mengambil keuntungan dari perselisihan dua anggota lainnya,
atau bisa juga menjadi orang yang sengaja menciptakan konflik untuk mendominasi kelompok tersebut.
Menurut Simmel, masyarakat sebagai konstruksi abstrak, sangat mungkin dipelajari karena adanya proses kategorisasi.
Kehidupan sosial penuh dengan kategorisasi, seperti gender, ras, kelas, agama, dan sebagainya.
Upaya manusia itu sendiri dalam menciptakan kategorisasi, ber implikasi pada kenyataan, bahwa dunia sosial itu ada.
Simmel berkontribusi penting pada sosiologi. Ia mengemukakan sebuah konsep yang ia sebut ”form” atau bentuk.
Menurut Simmel, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang berbagai macam bentuk dalam interaksi sosial.
Bentuk tersebut dapat berupa pertukaran, konflik, subordinasi, dan penghargaan.
Dalam bukunya yang berjudul The Conflict in Modern Culture,
Simmel menjelaskan tentang perbedaan antara budaya subjektif dan budaya objektif.
Menurut Simmel, budaya objektif mengacu pada segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia, seperti seni,
ilmu pengetahuan, filsafat, dan lain-lain.
Sementara itu, Budaya subjektif mengacu pada kapasitas sang aktor untuk memproduksi, menyerap,
dan mengontrol elemen-elemen budaya objektif.
idealnya, hubungan antara budaya subjektif dan objektif terjadi secara dua arah.
Budaya subjektif membentuk budaya objektif, dan budaya objektif turut memengaruhi budaya subjektif.
Namun pada praktiknya, budaya objektif justru berevolusi menjadi sesuatu yang bernyawa, atau sesuatu yang hidup.
Dampaknya, manusia justru diatur oleh produk-produk budaya yang mereka ciptakan sendiri, seperti sains dan teknologi.
Dalam buku The Philosophy of Money, Simmel membahas tentang konsep nilai, uang, dan proses transaksi.
Menurut Simmel, nilai sebuah objek ditentukan dari jarak antara individu dan objek tersebut.
Konsep jarak dalam pemikiran Simmel mengacu pada tingkat kesulitan untuk mendapatkan sebuah objek,
yang dapat diukur melalui empat variabel utama. yaitu waktu, kelangkaan, usaha yang harus dikeluarkan, serta pengorbanan yang harus dilakukan.
Lebih lanjut, Simmel menyatakan bahwa sebuah objek akan dianggap bernilai jika objek tersebut berada di jarak yang tepat.
tidak terlalu dekat, dan tidak terlalu jauh dari individu yang menilainya.
Menurut Simmel, uang itu layaknya mode. merupakan sesuatu yang bersifat kontradiktif.
Di satu sisi, uang menyimbolkan jarak antara subjek dan objek.
namun di sisi lain, uang juga berperan sebagai alat untuk melampaui jarak tersebut.
Harga dari sebuah objek merupakan manifestasi dari jarak antara individu dan objek tersebut.
untuk melampaui jarak tersebut, seorang individu harus memiliki uang.
Menurut Simmel, kesulitan yang dialami oleh individu untuk mendapatkan uang merupakan
pengalaman yang membuat sebuah objek memiliki nilai di mata individu.
dampak negatif dari hadirnya uang adalah, mengubah hubungan antar-manusia yang tadinya bersifat personal, menjadi impersonal.
Kehadiran uang membuat manusia berubah menjadi makhluk yang penuh perhitungan.
Segala sesuatu harus diukur, dan dibeli menggunakan uang, termasuk manusia itu sendiri.
Sebagai contoh kongkret dari praktik “pembelian” manusia adalah Prostitusi.
menurut Simmel, Hal tersebut merupakan bukti dari terkikisnya budaya subjektif oleh budaya objektif.
bukti bahwa uang mulai mengatur jalannya hidup manusia, dimana objek mulai mengatur penciptanya.
Bagaimana pendapat kalian tentang pemikiran Simmel?
Silahkan tulis di kolom komentar.